Rabu, 04 Maret 2015

Siapa?

Hatiku semakin berkecamuk ketika mendengar berita bahwa banyak orang yang membicarakan ibuku mengusir bapa.. hah? Apa nggak salah. Itu reaksi pertamaku ketika mendengar berita tidak jelas sumbernya itu.

Aku benci ketika mendengar hal itu, entah siapa yang menyebarkan berita bohong itu. Padahal, andai mereka ingin tahu justru bapa sendiri yang meninggalkan aku dan ibu. Justru ketika aku mengetahui bapa pergi aku berfikir satu hal 'setelah mama kehilangan tempat tinggal, kendaraan dan uang bapa pergi, bapa tidak mau bertahan lagi untuk kami'. Yang aku tahu, dari dulu semenjak aku kecil bapa sudah sakit. Lalu kenapa orang2 malah menyalahkan ibuku?? Ibuku yang harus pergi mencari nafkah keluar negri, untuk siapa? Untuk aku dan bapa tentunya. Andai orang2 itu tahu dan mau berfikir. Aku pernah dengar seseorang mengatakan hal ini 'kalau suami bisa menuhin kebutuhan istri sama anak pasti nggak akan pergi keluar negri untuj cari nafkah sendiri' . Aku rasa ungkapan itu benar. Coba fikirkan dengan baik dan bijak.

Sekarang bapa tinggal sendiri, tapi bapa tetap meminta uang pada ibujku sampai saat ini. Heeeyy andai kalian tahu itu, pasti kalian tidak akan berani membicarakan ibuku yang enggak2. Begitu murah hatinya dia tetap memberikan uang pada bapa walaupun sudah tidak ada ikatan apa2.

Aku kecewa dengan apa yang telah bapa lakukan, ketika aku meminta iuran sekolah, dia malah melemparku dengan sepatu. Ibu lah yang bergerak mencari uang untuk iuran itu. Aku juga pernah di tampar oleh bapaku. Aku masih ingat dan akan terus ingat pada hal itu.

Dan yang membuat ku lebih kecewa lagi adalah sikap bapa ku yang tidak mau bertanggung jawab atas banyak hal. Bapa selalu ingin menjual segala sesuatu yang telah mama bangun dari nol. Mulai dari rumah kami, jujur saja aku sangat pilu. Rumah itu menyimpan banyak kenangan dan saking luasnya rumah itu, aku bisa main basket, voli dan bulu tangkus di tengah rumah. Tapi itu dulu, sebelum menjadi milik orang lain. Dan dengan susah payah sekarang kami harus membangun rumah kami dari nol lagi.
Andai dihitung apa saja yang sudah bapa jual dari usaha ibuku pastu banyak sekali dan tidak terhitung. Entahlah aku sangat kecewa padanya. Sungguh..

Tapi aku tetap menyayanginya, walau bagaimanapun dia tetap bapaku. Hanya saja aku ingin bapa tidak menggunjing ibu ku yang tidak2 pada orang lain. Hanya itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar